PENDAHULUAN
1)
LATAR BELAKANG
Berbahasa merupakan salah satu
simbolisasi manusia kepada satu sama lainnya, dari sebuah bahasa maka kita akan
mengetahui Ras dan Bangsa Orang tersebut. Ada beberapa hal yang harus diketahui
dalam Berbahasa, antara lain yaitu Membaca Cepat, Menyimak, Berbicara, Dan
Menulis.
Membaca Cepat merupakan ragam
kegiatan membaca dalam hati yang dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat
dan cepat untuk memahami isi bacaan secara benar menurut garis besarnya saja.
Membaca cepat ini dilakukan untuk memilih unsur-unsur tertentu dalam sebuah
teks. Pada kegiatan membaca cepat, pandangan mata langsung meluncur dan menyapu
halaman-halaman teks.
Dalam bidang
pengajaran bahasa Jepang, pelajaran atau matakuliah menyimak sering disebut chookai.
Di dalam keterampilan berbahasa, chookai memiliki kesamaan dengan dokkai (membaca)
dimana kedua-duanya bersifat reseptif atau bersifat menerima informasi dari
suatu sumber. Selain memiliki persamaan, di antaranya juga terdapat perbedaan
dimana chookai menerima informasi dari suatu sumber secara lisan dari kegiatan
berbicara sedangkan dokkai menerima informasi dari suatu sumber tulisan dari
kegiatan menulis. (Toshiko, 1996 : 171-172).
menyampaikan
pikiran secara efektif maka seyogyalah sang pembicara memahami makna segala
sesuatu yang ingin dikomunikasikan; dia harus mampu mengevaluasi efek
komunikasikanya terhadap (para) pendengarnya; dan dia harus mengetahui
prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum
maupun perorangan (Tarigan 1991:15).
Pembelajar
berpraktik menulis, mereka tidak mempelajari bagaimana cara menulis yang baik.
Temuan penelitian mengenai menulis menyebabkan bergesernya penekanan
pembelajaran menulis dari hasil (tulisan) ke proses menulis yang terlibat dalam
menghasilkan tulisan. Peran pengajar dalam pembelajaran menulis dengan
pendekatan proses tidak hanya memberikan tugas menulis dan menilai tulisan para
pembelajar, tetapi juga membimbing pembelajar dalam proses menulis (Tompkins,
1990: 69).
2)
PERUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini kami mempunyai beberapa
rumusan masalah antara lain :
a. Faktor
permasalahan dalam membaca cepat
b. Pengertian
menyimak dari pendapat beberapa ahli
c. Solusi dalam
hambatan berbicara
d. Beberapa
permasalahan dalam berbicara
3)
TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dalam mata kuliah menyimak. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
a.
Agar lebih mengetahui tentang bagaimana cara membaca
cepat
b.
Untuk mengetahui pengetian menyimak dari pendapat
beberapa ahli.
c.
Memperjelas maksud permasalahan dan solusi dalam
berbicara
d.
Pembaca bisa mengambil pelajaran dalam hal menulis
4)
MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan
makalah ini adalah untuk memperkarya wawasan pembaca tentang “Hakikat Berbahasa”.
Manfaat dari makalah ini yaitu kita dapat mengetahui dan memahami “Hakikat Berbahasa”.
Manfaat bagi pembaca yaitu pembaca dapat mengerti lebih jauh tentang konsep
atau pengetahuan Berbahasa.
PEMBAHASAN
1.
TEKNIK MEMBACA CEPAT
Salah satu kegiatan yang bertujuan
untuk mendapatkan informasi adalah membaca. Kemahiran membaca mencakup dua
aspek, yaitu aspek mekanik dan aspek pemahaman. Aspek mekanik atau visual
berkaitan dengan kemahiran pembaca dalam menggerakkan mata pada waktu membaca.
Mata dalam membaca dapat digerakkan secara lamban atau cepat dan dengan pola
membaca tertentu. Aspek pemahaman berhubungan dengan kemahiran pembaca dalam
menangkap isi bacaan yang dibaca. Kemahiran mekanik berkaitan dengan indra
mata, sedangkan kemahiran pemahaman berkaitan dengan otak pembaca (Haryadi,
2007, hlm. 4-5)
A.
Faktor Permasalahan Dalam Membaca Cepat
1)
Membaca
kata demi kata
Seorang pembaca
yang baik tentu tidak akan membaca kata demi kata.
2)
Membaca
dengan bersuara
Membaca
termasuk proses berpikir bagi seseorang sehingga lebih jauh melampaui kecepatan
orang dalam berbicara. Oleh karena itu, jika seseorang membaca dan diikuti
dengan bersuara, tentu kecepatan membaca menjadi terhambat.
3)
Membaca
dengan bantuan alat tertentu (ujung jari, ujung pensil).
Untuk menelusuri
baris-baris bacaan. Kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, atau di
tengah-tengah kalimat.
4)
Menggerakkan
kaki atau anggota tubuh lainnya.
5)
Kebiasaan
mengulang bacaan yang telah dibaca.
B.
Berikut
Solusi Permasalahan Dalam Membaca Cepat
Untuk mengatasi
beberapa kebiasaan yang dapat menghambat kecepatan dalam membaca, diperlukan
upaya untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca. Berikut ini hal-hal yang
dapat kamu pelajari.
1)
Mengetahui
beberapa variasi kecepatan membaca sesuai tujuannya.
2)
Mengetahui
dan menerapkan metode dan teknik kecepatan membaca.
3)
Mengetahui
faktor yang dapat menghambat kecepatan membaca.
4)
Mampu
mengukur tingkat pemahaman terhadap bacaan.
2.
TEKNIK
MENYIMAK
Menyimak ialah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian
atau pemahaman apresiasi serta interprestasi untuk memperoleh informasi
menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh sipembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan. (Anderson 1972 / Tarigan 1986).
Menyimak
bermakna memdengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
(Russell 1959).
A.
Faktor
Permasalahan Dalam Menyimak
1.
Faktor
Fisik
Kondisi fisik
seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan
serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar.
Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide
pokok seluruhnya. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal penting
dalam melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam
menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara
bising dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak.
2.
Faktor
Motivasi
Motivasi
merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat
untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil
mencapai tujuan. (Tarigan, 1987:103). Dorongan dan tekad diperlukan dalam
mengerjakan segala sesuatu. Dalam mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak
dicapai, bagi seorang guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk
menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun.
3.
Faktor
Pengalaman
Latar belakang
pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kurangnya minat dalam
menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan
disimak tersebut. Sikap-sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari
pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan “mendengar”
ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.
4.
Faktor
Sikap
Setiap orang
akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok
pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak
disetujuinya. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap
menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap
menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan.
B.
Solusi
Permasalahan Dalam Menyimak
1.
Kemampuan
menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka.
Melalui interaksi dalam bahasa Indonesia, pembelajar
memiliki kesempatan untuk mendapatkan masukan bahasa yang baru dan kesempatan
untuk mengecek kemampuan menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka menyediakan
stimulasi untuk meningkatkan kemampuan memaknai bahan simakan.
2. Kemampuan menyimak meningkat melalui
pemusatan perhatian pada makna dan upaya mempelajari bahan yang penting dan
baru dalam bahasa sasaran.
3. Kemampuan menyimak meningkat melalui
kegiatan pemahaman.
Dengan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus
menyimak, para pembelajar memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa
yang telah mereka capai.
4. Kemampuan menyimak meningkat melalui
perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk.
Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara
cermat pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para
pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyi-bunyi
dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami bahan
simakan (Rost, 1991: 7).
3. TEKNIK BERBICARA
Keterampilan berbicara sangat penting dimiliki seseorang
agar tidak terjadi kesalah pahaman antara penutur dan mitra tutur dalam
berkomunikasi. Bentuk komunikasi lisan ini paling banyak digunakan orang dalam
kehidupan sehari-hari, karena bentuk komunikasi verbal dianggap paling
sempurna, efisien dan efektif (Yuniawan 2002:1). Dengan keterampilan
berbicaralah pertama-tama kita memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi dengan
lingkungan tempat kita berada (Syafi’ie 2003:33).
A. Faktor Permasalahan Dalam Berbicara
1. Ketepatan Ucapan.
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang
tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektivan
berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan
menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik, atau setidaknya
dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap
cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu
menarik perhatian, mengganggu komunikasi atau pemakainya (pembicara) dianggap
aneh.
2. Penempatan Tekanan.
Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai, kesesuaian tekanan,
nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan
kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang
menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan
menyebabkan masalahnya menjadi menarik.
3. Pilihan Kata (Diksi).
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas
maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan
lebih terangsang dan akan lebih paham kalau kata-kata yang digunakan sudah
dikenal pendengar. Dalam setiap pembicaraan pemakaian kata-kata populer tentu
akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan kata-kata yang berasal
dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang mengakibatkan rasa ingin
tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Hendaknya pembicara
menyadari siapa pendengarnya, apa pokok pembicaraannya, dan menyesuaikan
pilihan katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengarnya. Pendengar akan lebih
tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam
bahasa yang dikuasainya.
B. Solusi Permasalahan Dalam Berbicara
1. Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak
Kaku.
Pembicaraan yang tidak tenang, lesu dan kaku tentulah akan
memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja
sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya.
Sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat dan penguasaan materi.
Penguasaan materi yang baik setidaknya akan menghilangkan kegugupan. Namun,
sikap ini memerlukan latihan. Kalau sudah terbiasa, lama-kelamaan rasa gugup
akan hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar.
2. Pandangan Harus Diarahkan Kepada Lawan
Bicara.
Pandangan pembicara hendaknya diarahkan kepada semua
pendengar. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan
pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak pembicara ketika berbicara tidak
memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping atau menunduk.
Akibatnya, perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar
merasa terlibat dan diperhatikan.
3. Kelancaran Berbicara.
Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan
pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali pembicara berbicara
terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan
bunyi-bunyi tertentu yang mengganggu penangkapan pendengar, misalnya
menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang
terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok
pembicaraannya.
4. Penguasaan Topik.
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya
tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik
yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik
ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.
4. TEKNIK MENULIS
Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan
menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan,
menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya
dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan
merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas,
lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi,
pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat. (McCrimmon, 1967: 122).
A. Faktor Permasalahan Dalam Menulis
1. penguasaan bahasa tulis, yang akan
berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat,
paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya.
2. penguasaan isi karangansesuai dengan
topik yang akan ditulis.
3. penguasaan tentang jenis-jenis tulisan.
yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan
bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai,
artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
B. Solusi Permasalahan Dalam Menulis
1. Perbedaan antara bahasa lisan dan
bahasa tulisan tampak pada fungsi dan karakteristik yang dimiliki oleh
keduanya. Namun demikian, yang patut diperhatikan adalah keduanya harus
memiliki fungsi komunikasi.
2. Dari Sudut Pandang
Inilah dapat diketahui sejauh mana hubungan antara bahasa
lisan dan bahasa tulis, sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi.
3. Struktur generik wacana dari
masing-masing jenis karangan (tulisan) tidak menunjukkan perbedaan yang
mencolok. Hanya saja pada jenis karangan narasi menunjukkan struktur yang
lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal ini menjadi
ciri khas jenis karangan/tulisan ini.
4. Untuk menambah wawasan tentang
keterampilan menulis.
Setiap penulis perlu mengetahui penulis yang terampil dan
penulis yang tidak terampil. Tujuannya adalah agar dapat mengikuti jalan
pikiran (penalaran) dari keduanya. Kita dapat mengetahui kesulitan yang dialami
penulis yang tidak terampil (baca: pemula, awal). Salah satu kesulitan yang
dihadapinya adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada
pembaca. Adapun penulis terampil, ia mampu mengatakan masalah tersebut atau
masalah lainnya, yaitu masalah yang berkenaan dengan proses menulis itu
sendiri.
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Sebagaimana mestinya kita ketahui bahwa dalam pembelajaran
berbahasa, memiliki berbagai macam teknik. Dalam teknik berbahasa juga terdapat
beberapa faktor permasalahan serta solusi mengatasi permasalahan dalam
berbahasa. Untuk itu penulis membuatkan makalah ini untuk sebuah pengetahuan
bagi para pembaca, agar mengetahui teknik-teknik dalam berbahasa.
2.
SARAN
Jadikanlah makalah ini sebagai pembelajaran bagi para
mahasiswa untuk lebih kreatif khususnya bagi penulis sendiri, serta untuk
meningkatkan pembelajaran dalam hal berbahasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Elly, 2011 Http:// maselly2000.wordpress.com/ Bhs-Indonesia
vii/bab-iii/ Membaca - Cepat - 200 - Kata - Per - Menit/. Html
Di Unduh Minggu 14/10/2012 Pukul 17:45 WIB
Entri, 2010 Http://kleang.blogspot.no/2010/02/ Pengertian – Definisi
– Dan - Fungsi. Html
Minggu 14/10/2012 Pukul 20:51 WIB
Khamdi, Atiq, 2010 Http:// www.scribd.com/doc/45668846/ Makalah
-Keterampilan - Menulis. Html
Senin 15/10/2012 Pukul 07:10 WIB
Mye Tha, 2012 Http:// Myyeethaa.Blogspot.no/2012/03/ Laporan – hasil
–Suasana – Menyimak - Defensif. Html
Minggu 14/10/2012 Pukul 16:55 WIB
Sukasmo, 2012 Http:// Guraru.org/news/2012/09/16/1478/ Pembelajaran
-Keterampilan - berbicara. Html
Minggu 14/10/2012
Pukul 21:00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar