Selasa, 11 Desember 2012

Tugas Mandiri Tentang Keikhlasan


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ikhlas adalah buah dan Intisari dari Iman. Seseorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak Ikhlas. “Rasulullah SAW besabda, “Ikhlaslah dalam beragama: cukup bagimu amal yang sedikit.”
Orang yang ikhlas itu digolongkan menjadi tiga golongan. Yaitu Ikhlasnya orang Mubtadi adalah orang yang ikhlas karena takut mendapat Adzab dari Allah. Ke dua, Ikhlasnya orang Mutawasitoh. Yaitu orang yang semata-mata takut kepada Allah dan bukan karena yang lain. Yang ketiga adalah Ikhlasnya orang muntahji orang yang tidak mengharap sesuatu apapun kepada Allah SWT.
Ikhlas dan kebenaran adalah satu paket. Tidak bisa disebut “Ikhlas” kalau suatu aktivitas tersebut memang tidak benar secara Syariat, alias melanggar aturan Agama. Kata Ikhlas berasal dari Bahasa Arab yang secara Istilah berarti “murni karena Allah SWT.” Ini berarti kata Ikhlas merupakan istilah yang bersumber dari ajaran Agama Islam.
Keikhlasan seseorang tidak akan dapat tercapai jika terkumpul dua sifat. Senang akan pujian dan sanjungan dari Manusia (Riya), mengharapkan balasan dari orang lain. Kita bisa mencapai Sifat Keikhlasan dengan Mujahadah (bersungguh-sungguh berlatih. Melatih diri kita) dari Nafsu yang selalu memerintahkan diri kita pada keburukan.
Diantara tanda-tanda Keikhlasan adalah tunduk pada kebenaran dan menerima nasihat sekalipun dari orang yang lebih rendah tingkat Ilmunya. Selanjutnya tanda Ikhlas adalah tidak cepat member Fatwa dan memutuskan suatu hukum. Oleh karena itu para ulama salaf menjaga untuk tidak gegabah member fatwa, bahkan berangan-angan dirinya tidak ditanya.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam makalah, antara lain:
1.      Apa pengertian dari Ikhlas?
2.      Berapakah orang yang termasuk digolongkan atau dikatagorikan menjadi ahli Ikhlas?
3.      Berasal dari manakah kata Ikhas?
4.      Bagaimana cara mencapai suatu keikhlasan?
5.      Apa saja tanda orang-orang yang melakukan perbuatan dengan Ikhlas?
C.    Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, ada beberapa tujuan dari masalah atau pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 
1.      Dapat memahami arti dari kata Ikhlas.
2.      Mengetahui golongan orang-orang yang dikatagorikan orang yang Ahli mengamalkan Ikhlas.
3.      Mengetahui asal kata dari Ikhlas.
4.      Mengatahui cara pencapaian dalam Ikhlas.
5.      Mengetahui tanda-tanda orang yang melakukan perbuatan Ikhlas.

LANDASAN TEORI

A.    Teori Ikhlas
Istilah Ikhlas bagi kita sudah biasa kita dengarkan. Namun arti dan maknanya kebanyakan dari kita tidak mengetahui. Apalagi mengim- plementasiakan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Uztad Quraisihab, belaiu memberikan penjelasan tentang arti dan makna Ikhlas, sebagai berikut:
Ikhlas adalah mengeluarkan sesuatu dari dirinya, yang lain dan bukan esensi dari dirinya”
Maksudnya adalah ketika kita mampu melepaskan segala sesuatu (yang berhubungan denga nafsu) dri dalam hati yang paling dalam untuk di Ikhlaskan kepada Tuhan. Setelah segala sesuatu itu kita pahami sepenuhnya didalam Hati. Kemudian kita selami Hati kita, apakah masih ada belenggu yang bersemayam dihati kita atau sudah suci. (Erbe Sentanu: 2007).
Ketika kita sudah bisa memahami arti dan makna Ikhlas, sudah tentu tugas selanjutnya adalah menerapkan Ikhlas itu dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika beribadah kepada Tuhan, maupun melakukan Sosialisai kepada sesame.
Ketika kita jauh dari ikhlas, maka hati kita akan penuh dengan Rasa Dendam, Ragu, Kecewa, Sesak, atau yang lebih dikenal dengan istilah “Sakit Hati”, ketika kita Berinteraksi dengan Orang lain. Namun sesungguhnya bila kita menghadapi masalah, sebenarnya masalah itu ada pada diri kita sendiri. Sesungguhnya bila kita berfikir bahwa pangkal permasalahan itu ada di luar kita, maka yang menjadi masalah sebenarnya adalah pikiran itu sendiri.
Maksudnya adalah semua berpangkal pada diri kita sendiri, mampukah kita Berinteraksi dngan Masyarakat dengan Kehidupan beragam. Yang mampu menyelesaikan masalah itu adalah kita sendiri. Tuhan dalam Al-Qur’an telah menjelaskan berkali-kali, bahwa manusia diciptakan dengan sempurna, maka pasti mampu menghadapi dan mnyelessaikan permasalahan yang dihadapinya.

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ikhlas.
Ikhlas adalah menyengajakan perbuatan semata-mata mencari keridhaan Allah dan memurnikan perbuatan dari segala bentuk kesenangan duniawi. Dengan demikian, perbuatan seseorang benar-benar tidak di campuri oleh keiginan yang bersifat sementara, seperti keinginan terhadap Kemewahan, kedudukan, Harta, popularitas, Simpati Oramg lain, Pemuasan Hawa Nafsu, dan Penyakit lainnya.
Berdasarkan pengertian ini, Ikhlas adalah dampak positif dari Tauhid yang sejati, yaitu tindakan mengesakan Allah SWT dalam peribadatan dan memohon pertolongan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah didalam Surat Al-Fatihah.” Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah  kami memohon pertolongan.”
B.     Macam-Macam Ikhlas.
Terkait juga dengan sifat terpuji lainnya seperti Ridha yang berupa sikap Rela menerima pemberian Allah dibarengi dengan Niat serta keikhlasan Hati untuk memberikan sedikit Harta kepada para saudara kita yang kurang mampu. Maka dapat dijelaskan dalam pembahasan Ikhlas. Dalam uraian penulisan mengenai macam-macam Ikhlas itu terbagi menjadi tiga macam :
1.      Ikhlas Orang Mubtadi
Yaitu orang yang dipenuhi rasa takut kepada pedihnya siksa Allah sehingga berusaha dengan bersunggu-sungguh untuk mendapatkan pahala.
2.      Keikhlasan orang-orang Mutawasitoh.
Bersuci dari Riya’ dan sama’ah semata-mata hanya kerana Allah, mengerjakan perintah Allah kerea dia hamba Allah. Mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan bukan karena mengharpakan masuk surga, bukan juga kerena takut masuk neraka.
3.      Keikhlasan orang-orang Muntahji.
Tidak melihat-lihat amal, bagi dirinya amal hanya me-mandang Af’al (Perbuatan) Allah Ta’ala pada dirinya.
C.    Rahasia Ikhlas.
Ikhlas adalah inti amal dan penentu diterima tidaknya suatu amal di sisi Sang Maha Mengetahui. Amal tanpa Ikhlas bagaikan kelapa tanpa isi, raga tanpa nyawa, pohon tanpa buah, awan tanpa hujan, anak tanpa garis keturunan, dan benih yang tidak tumbuh. Kelapa tanpa isi tidak berguna selain untuk bahan mainan anak-anak. Raga tanpa nyawa pantas dikuburkan. Pohon tanpa buah hanya pantas dijadikan kayu bakar. Awan tanpa hujan tidak memberi manfaat bagi Manusia. Seorang anak tanpa garis keturunan tidak berhak mendapat warisan. Dan benih yang tidak tumbuh hanya membuat mata petani terbelalak saat musim panen tiba.
Ada 5 Aspek Ikhlas :
1.      Ikhlas dalam arti pemurnian Agama dari Agama-Agama lain.
Sebagian ulama mengungkapkan bahwa dahulu manusia adalah umat yang satu dan memeluk agama islam. Pada perkembangannya mereka kemudian berselisih. Ada yang menyembah Cahaya, ada yang menyembah Api, ada yang menyembah Kegelapan, ada yang menyembah Malaikat, ada yang menyembah benda-benda, ada yang mempersekutukan Allah dengan ‘Uzair yang kemudian dikenal sebagai kaum Yahudi. Ada yang memersekutukan Allah dengan Isa, yang kemudian disebut Kaum Nasrani, dan ada kaumnya yang menyembah Allah SWT.
2.      Bebas dari Bid’ah.
Semua Bid’ah adalah kemaksiatan, hanya ada yang kecil dan ada yang besar. Diantar Bid’ah besar adalah yang dibuat oleh lima kelompok Bid’ah. Para ahli Hadist sepakat mengafirkan kelima kelompok tersebut. Kelompok itu adalah Qadiriyyah yang dianggap sebagai Majuzi umat Islam, Murjiah yang dianggap sebagai Nasrani, Jahmiyyah dianggap sebagai Yahudi Umat ini. Rafidhah sebagai Musyrikin, dan Zanadiqah yang dianggap kaum Kafir.
3.      Murni tanpa Virus.
Al-Junayd bertutur, “Keikhlasan dalam Beramal tidak akan sempurna kecuali dengan melepaskan amal (baik) MU dari penglihatanMU.” Seorang ulama menandaskan.”Orang yang marah ketika disebut Aibnya adalah orang Ria. Orang yang semakin giat beramal ketika di puji dan mengendur amalnya ketika dicela adalh Ria.”Orang yang giat dihadapan orang dan bermalas-malasan ketika sendirian adalah Ria.
4.      Terhindar dari ucapan sia-sia.
Allah menafsirkan kebaikan pada ucapan setiap hamba kecuali pada tiga hal, yakni ucapan untuk menyuruh member Sedekah. Ucapan yang  menyuruh berbuat Makruf, dan ucapan dalam rangka mengadakan Perdamaian diantara Manusia.
5.      Hanya Berorientasi Ridha Allah.
Ikhlas sebagai pemurni Akhlaq dengan mengikuti segala yang diridhai Sang Pemilik Segenap Makhluq.
D.    Tingkat Pertama Ikhlas Adalah Niat.
Pintu gerbang Ikhlas adalah sesuatu yang bernama Niat. Jika kita ingin menjadi orang yang Ikhlas (Mukhlas), maka koreksilah Niat kita.
Jelas ada kaitan erat antara Amal dan Niat. Niat saja tidak cukup, akan tetapi harus dibarengi dengan Amal. Numun Amal saja tidak cukup, akan tetapi harus dibarengi dengan Niat.
Oleh sebab itu, kita harus selalu memperbaharui Niat awal dan berantusia melaksanakannya. Jika ada yang bertanya pada diri kita mengapa memakai Jilbab. Sebaiknya kita jawab, karena ingin mentaati Allah.

E.     Nilai-Nilai Ikhlas.
1.      Ikhlas dan Kebenaran.
Ikhlas dan kebenaran adalah satu paket. Tidak bisa disebut “Ikhlas” kalau suatu aktivitas tersebut memang tidak benar secara Syariat, alias melanggar aturan Agama. Perpaduan kata “Ikhlas” dengan “Kebenaran” sungguh suatu pelecehan terhadap kata Ikhlas itu sendiri. 
2.      Ikhlas dan Ketulusan.
Kata Ikhlas berasal dari Bahasa Arab yang secara Istilah berarti “murni karena Allah SWT.” Ini berarti kata Ikhlas merupakan istilah yang bersumber dari ajaran Agama Islam, meskipun demikian, penggunaan kata Ikhlas juga kini menjadi bagian dari Bahasa kesatuan  R.I sebagai bahasa serapan, yang bersinonim dengan kata “Tulus” dan “Murni”.
F.     Menata Keihklasan Hati.
Sungguh mudah mengatakan dengan lisan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah. Akan tetapi, apakah selancar itu pula Ketauhidan mengalir dalam darah kita. Sehingga mendorong seluruh anggota Tubuh menuju kesamaan antara Ikrar dan Amal Perbuatan.
Sungguh keikhlasan hatilah yang sebenarnya merupakan merupakan harta hakiki seorang Manusia. Ibadah apapun yang dikerjakannya tanpa Ikhlas, niscaya hanyalah sia-sia belaka. Dalam Al-Qur’an surah Al-A’raaf  ayat 29, Allah SWT. Berfirman .”……Luruskanlah muka (Hati) Mu disetiap Shalat dan sembahlah Allah dengan Mengikhlaskan ketaatanmu kepadanya.
Manusia yang Ikhlas, manusia yang berkarakter kuat dan tidak pernah mngenal lalah. Gerak perilakunya sama sekali tidak dipengaruhi oleh ad atau tidaknya kedudukan ataupun penghargaan. Baginya yang pelinh penting adalah Allah Ridha Kepadanya.

G.    Hamba Yang Ikhlas Melaksanakan Perintah Allah Dan Hamba Yang Tidak Ikhlas.
Orang yang secara lahir melaksanakan perintah Allah karena Hawa Nafsu, sedangkan batinya tidak melaksanakannya dan orang yang melaksanakan perintah Allah kerena benar-benar melaksanakan perintahNya.
Demikian pula hamba-hamba Allah. Barang siapa yang menyembahnya atas dasar Hawa Nafsu, dia akan kabur dan melantarkan kewajibannya jika mendapat perintah yang memberatkan. Jika perintah disenanginya, dia akan cepat-cepat melaksanakannya. Hamba yang demikian itu selamanya tidak akan menjadi mukmin sejati.
H.    Keutamaan Ikhlas.
Gambaran ikhlas antara lain dinyatakan dalam bentuk penyataan “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Sekalian Alam.”
Rasul bersabda : Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat perlindungan di yaumul Qiyamah nanti. Ketujuh golongan itu ialah :
1.      Pemimpin yang adil kepada Rakyatnya.
2.      Pemuda yang Ikhlas beribadah kepada Allah.
3.      Seseorang yang Hatinya Ikhlas, terkait Hatinya selalu dengan Masjid.
4.      Dua orang yang Bersahabat dengan Ikhlas karena Allah dan berpisah karena Allah.
5.      Laki-laki yang di bujuk Berzina oleh Wanita cantik yang memiliki kedudukan namun Laki-laki itu menolaknya karena takut kepada Allah.
6.      Orang yang Bershodaqah dengan Ikhlas, sembunyi-sembunyi sehingga seolah-olah Tangan kirinya tidak tahu apa yang di Shodaqohkan Tangan kanan.
7.      Seorang yang berdzikir karena Ikhlas kepada Allah serta ia meneteskan Air Mata.
I.       Mukhlisin (Ikhlas).
Keikhlasan merupakan Ruh dari semua amal Ibadah. Syaikh Al-jailani menempatkan nilai Ikhlas diatas sikap Zuhud, bahkan melebihi Ahli Ibadah. Ini nampak dari pernyataan yang menyeru ahli Zuhud dan ahli ibadah untuk berbuat Ikhlas. Bahkan menyerukan kepada orang-orang beriman untuk tidak mengikuti ahli Zuhud dan ahli Ibadah jika tidak memiliki keikhlasan. Hal ini Karena meurut pandangan Al-Jailani, seseorang yang tidak memiliki jiwa Keikhlasan, berarti ia masih memasuki Nafsu.
J.      Buah Ikhlas Dan Faedahnya
Ada manfaatnya jika kita kembali mengingat Ikhlas adalah mengharap Allah dan RidhaNya bukan yang lainnya dalam Perkataan, Perbuatan, dan semua Amal ketaatan kita. Itu adalah anugrah Allah yang diberikan kepada orang yang berusaha keras untuk Ikhlas. Yang HatiNya sibuk denganNya. Maka, Allah akan memberikanNya Taufik dan ia sampai pada kebeningan hati dan kebersihan Niat dari segala Kemusyrikan atau Riya dalam segala Ibadah. Ketaatan, Perkataan, dan Perbuatan.
Ikhlas kepada Allah Azza Wajalla memiliki Buah dan Faedah, di- antaranya sebagai berikut :
1.      Memberikan Jalan Keluar Dari Kesulitan Dunia.
Seseorang jika takut kepada Allah dan hanya takut kepadaNya di- Dunia, maka ia berada dalam batas-batasnya. Menghalalkan apa yang dihalalkannya. Mengharamkan apa yang diharamkannya. Maka, Allah akan memberikan Keikhlasan yang bisa mengeluarkanNya dari kesulitan.
2.      Mengumpulkan Kekuatan dan Menyebabkan Kaya.
Orang yang Ikhlas membersihkan Hatinya dari Cinta Dunia. Dia Berzuhud tidak melihat apa yang di Tangan Manusia sehingga ia dicintai Manusia dan sebelum itu ia terlebih dahulu dicintai Tuhan Manusia. Barang siapa yang Obsesinya adalah Dunia, maka ia akan terus memikirkannya, akhirnya binasa, dan jadi makanan empuk Setan.

3.      Akan Dikabulkan Keinginannya Oleh Allah.
Sesungguhnya orang beriman jika mencarikan sesuatu dan meniatkannya untuk Allah diserertai Keikhlasan, maka ia akan mendapatkannya. Allah mengetahui hal itu, Allah Merealisasikannya keinginan dan meluluskannya.


PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian–uraian dari bab–bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan yaitu:
1.      Ikhlas adalah menyengajakan perbuatan semata-mata mencari keridhaan Allah dan memurnikan perbuatan dari segala bentuk kesenangan duniawi.
2.      Ikhlas adalah inti amal dan penentu diterima tidaknya suatu amal di sisi Sang Maha Mengetahui. Amal tanpa Ikhlas bagaikan kelapa tanpa isi, raga tanpa nyawa, pohon tanpa buah, awan tanpa hujan, anak tanpa garis keturunan, dan benih yang tidak tumbuh.
3.      Ada manfaatnya jika kita kembali mengingat Ikhlas adalah mengharap Allah dan RidhaNya bukan yang lainnya dalam Perkataan, Perbuatan, dan semua Amal ketaatan kita. Itu adalah anugrah Allah yang diberikan kepada orang yang berusaha keras untuk Ikhlas
4.      Gambaran ikhlas antara lain dinyatakan dalam bentuk penyataan “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Sekalian Alam.”
5.      Pintu gerbang Ikhlas adalah sesuatu yang bernama Niat. Jika kita ingin menjadi orang yang Ikhlas (Mukhlas), maka koreksilah Niat kita. Oleh sebab itu, kita harus selalu memperbaharui Niat awal dan berantusia melaksanakannya.


B.     Kritik dan saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan Saran yang konstruktif sangat diperlukan demi  kesempurnaan  makalah, sehingga akan lebih bermanfaat konstribusinya bagi hazanah keilmuan.


DAFTAR PUSTAKA

Qardhawi, Yusuf. 1993. Haula Rukhul Ikhlas, Cetakan ke-1. Jakarta: Dar
Al-Tauzi ‘Wa Al-Nasyr Al-Islamiyah.
Djamil, Abdul. 2001. Perlawanan Kiai Desa, Cetakan Ke-1. Yogyakarta: LKIS.
Badruzaman, Abad, Dkk. 2008. The Secret Of Ikhlas, Cetakan Ke-1. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Khaled, Amru. 2005. Terapi Hati, Cetakan Ke-1. Padang: Penerbit Republika.
Hadi Yasin, Ahmad, Dkk. 2010. Meraih Dahsyatnya Ikhlas,  Cetakan Ke-1. Jakarta: Qultum Media.
Gymnastiar, Abdullah. 2002. Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qalbu, Cetakan Ke-1. Jakarta: Gema Insani.
At-Tirmidzi, Abi Abdullah. 1989. Al-Amsal Minal Kitab Was Sunnah, Cetakan Ke-1. Libanon: Muassasatul Kutub Ats-Tsaqafiah.
Faridh, Miftah, Dkk. 2005. Adakah Allah Selalu Di Hatimu. Padang: Penerbit Republika.
Sholikhin, Muhammad. 2010. Menyatu Diri Dengan Ilahi, Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. 2006. Tazkiyatun Nafs. Yordania: Daarul Furqaan.
Sentanu, Erbe. 2007. Quantum Ikhlas: Teknologi Aktivitas Kekuatan Hati. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Http://Riyanti. Web. Id/Sifat/Ikhlas-Adalah-Persoalan-Hati/Html.
Di unduh Senin 3/12/2012. Pkl: 17:08 Pm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar